Kurangnya efisiensi
pupuk urea ((NH2)2CO) dan praktik pertanian yang tidak
berkelanjutan berimplikasi terhadap masalah biaya dan pencemaran lingkungan. Urea slow release green fertilizer merupakan inovasi pupuk urea laju lambat ramah lingkungan (eco-friendly)
dan berkelanjutan (sustainability) yang
dapat mengatasi permasalahan efisiensi pupuk. Pupuk ini diproduksi dengan
mencangkokkan urea kedalam matriks polimer biodegradale
(nanoselulosa, pati, alginat) berdasarkan metode pencampuran dan imersi
menggunakan agen pengikat silang (CaCl2) dan/atau surfaktan. Pupuk
berbentuk bead dan non-bead yang dilapisi dengan biopolimer
tidak/kurang larut dalam air dikarakterisasi
dengan Scanning
Electron
Microscope (SEM), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), 3) X-Ray Diffraction (XRD), kekerasan (hardness),
dan Modulus Young. Selain itu, pupuk
juga diuji berdasarkan uji penyerapan air dan sineresis, rasio penahanan air tanah, retensi air di tanah, uji release dalam air, uji release dalam tanah, dan uji pada
tanaman. Konsentrasi biopolimer,
agen pengikat, dan pelapisan (coating) diperkirakan akan mengurangi laju pelepasan urea.
Dampak inovasi dianalisis berdasarkan aspek tangible
(finansial, bisnis, dan teknologi) dan intangible
(lingkungan, ekonomi, sosial, kesehatan, budaya, dan biologis tanaman). Pengembangan
inovasi urea slow release green
fertilizer berbasis biokomposit nanoselulosa dan polimer biodegradable diharapkan mampu membuka
peluang dan tantangan baru dalam menghasilkan inovasi pupuk nitrogen yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan.